Kita pernah menjadi sebuah ketentuan pada pertemuan yang saling mengisi hingga saling meniadakan. Namun pada langkah yang saling menjauhi, ketentuan terasa seperti sebuah perjudian antara waktu dengan detaknya sendiri. Karena pada detik ke sekian kita sadar bahwa penerimaan akan membuat kita merasa utuh jika sudah sepenuhnya.
-
Hal lain yang juga saya sayangkan adalah mengapa tidak ada satu pun pasal atau undang-undang yang disinggung dalam novel bertema hukum ini. Padahal Arimbi sendiri bekerja di Pengadilan Negeri. Di akhir cerita pun Arimbi berakhir dengan menjadi terdakwa dalam kasus suap. Di sinilah saya sebagai pembaca kurang mendapatkan nuansa hukum di dalamnya.
Kita sudah cukup baik, membuat orang mengira kita baik-baik saja. Sekarang saatnya jujur, yang kecewa, yang lelah, yang gak tahu kapan harus istirahat, kamu boleh marah, boleh sendiri dulu, boleh kalau tiba-tiba pengen nangis, boleh banget perlu bantuan. Kamu gak harus terus baik-baik aja. Gapapa, gapapa. Terima, akui, lalu lepasin.” Buku ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan perasaan ce…